Kamis, 15 November 2012

Bagi Anda-anda yang penasaran mengapa peradaban Jawa masih tetap bertahan sampai sekarang? Ssst ini rahasianya jangan bilang-bilang yah. Budaya, adat istiadat, bahasa, tradisi, cara hidup orang Jawa saat ini bisa ditarik sampai ribuan tahun lalu. Kalau aku menghitungnya tidak salah, pada zaman nabi Muhammad pun peradaban Jawa sudah ada, karena ada candi yang diperkirakan dibangun sekitar abad 4-5. Kalau dibandingkan dengan relief di candi, cara hidup orang Jawa tak terlalu jauh berbeda, buktiin deh di candi Prambanan.  
 Bahasa mungkin berubah jauh tapi akarnya tetap sama (bahasa Jawa kuno – bahasa Jawa tengahan- bahasa Jawa modern, huruf sansekerta – huruf palawa- huruf Jawa) bahkan banyak istilah bahasa Jawa kuno yang masih digunakan sampai saat ini minimal buat nama. Salah satunya istilah Mataram. Di beberapa  prasasti  Candi menyebut mataram untuk mengacu nama daerah di Jawa. Nah istilah bumi Mataram itu masih dipakai sampai sekarang untuk menyebut wilayah di Yogyakarta. Misal kethoprak mataraman (mengacu kethoprak gaya Jogja), panah gaya mataraman (olah raga panahan gaya Jogja, pemanahnya duduk bersila) dll.
Terus rahasianya apa dong? Ya karena wong Jawa tidak anti perubahan zaman. Wong jawa dibekali kemampuan untuk dinamis tapi tanpa meninggalkan ke-jawaannya, bingung yah hehehe…
Gini deh kukasih contoh, anak muda sekarang baru pada demen hip-hop, nah seniman-seniman Jogja juga bisa hip-hop tapi tetap nJawani. Lagu hip-hopnya pun tak sembarang tapi juga punya misi, mengkritik penguasa hehehe… daripada demonstrasi anarkis mending hip-hopan to?
Ini neh contohnya lagu hip-hop dari java hip-hop foundation ( boleh enggak yah kalo kusebut hip-hop mataraman) coba tebak deh maksud liriknya apa
Lirik lagu Song of Sabdatama berbunyi,
We are from Jogja, The heart of Java, Our rhyme is mantra, Flows down like lava.
We are from Jogja, The heart of Java, Our culture is weapon, Yeah, this Song of Sabdatama.
Merapi ya iku, Keraton ya iku, Segara ya iku, Pancer ing Tugu, Mijil tuwuh saka kono dumunungku, Yo Ngayogyokarto Hadiningrat Negeriku, Nagari gemah ripah kang merdika, Kaya kang kaserat ing Sabdatama, Merapi ngelingake marang ing gusti, Segara ngelingake kudu ngidak bumi.
Ngono kuwi jiwa Jawi, Manunggaling kawula Gusti, mBalung sungsum pada diugemi, Minangka tekad dadi sesanti, Sadumuk bathuk sanyari bumi, Ditohi pecahing dada luntaking ludira nganti pati, Negeri merdika bakal tak belani.
Merapi horeg, laut kidul gedeg, Angin ribut, udan bledek, Tanda bumi reresik nandang gawe, Marang donya lan manungsane, Marang sedulur sikep kudu ngajeni lan ngopeni, Bumi pertiwi adalah saudara kami, Yang harus dijaga dan dihormati, Menerima sekaligus member, Budaya adalah senjata, Memanusiakan manusia, Bangun jiwanya, Bangun raganya, Sentausa dalam puspa warna.
In our land where we stand, Never afraid coz we all friends, We may vary but hand in hand, Appreciate and understand, Why democracy if occupied by oligarchy?, Nggo opo demokrasi nek mung ngapusi?, Why religion if only to kill humanity?, Nggo apa agama nek mung mateni, Hey oxymoron, you don’t need to teach me, Rasah nggurui merga ora migunani, What Jogja want is harmony in diversity, Urip iku amrih nemu harmoni, We don’t care of what you say, Your ridiculous words will go away, Coz in this land where we stand, We’ll fight to the death until the end.
Bagi yang tidak menguasai bahasa Jawa, Inggris atau Indonesia, neh aku dah bikin terjemahannya tapi sorry kalau banyak yang meleset, maklum bukan ahli bahasa hahaha… (kalau ada yang salah mohon diralat)
Lirik Song of Sabdatama
Kami dari Jogja, Jantungnya Jawa, Syair kita adalah mantra, mengalir seperti lahar
Kami dari Jogja, Jantungnya Jawa, Budaya senjata kita, Yeah, ini lagu tentang Sabdatama.
Merapi adalah, Keraton adalah, Laut adalah, berpusat di Tugu, lahir besar dari sana asalku, yaitu Ngayogyakarto Hadiningrat Negeriku, Negeri gemah ripah yang merdeka, seperti yang tertulis di Sabdatama, Merapi mengingatkan pada Tuhan, laut mengingatkan harus menginjak bumi.
Seperti itu jiwa Jawa, bersatunya rakyat dan raja, menjadi tekad bersama, peribahasa “sadumuk bathuk sanyari bumi, ditohi pecahing dada luntaking ludira ngati pati” (sejengkal tanah pun akan dipertahankan sampai titik darah penghabisan), Negeri merdeka bakal ku bela selalu
Merapi bergetar, laut selatan geleng kepala, angin ribut, hujan petir, tanda bumi sedang bersih-bersih, terhadap dunia dan manusianya, kepada saudara harus menghormati dan merawat, Bumi pertiwi adalah saudara kami, Yang harus dijaga dan dihormati, Menerima sekaligus memberi, Budaya adalah senjata, Memanusiakan manusia, Bangun jiwanya, Bangun raganya, Sentosa dalam puspa warna.
Di tanah kami dimana kami tinggal, tidak pernah takut karena kita semua teman, kita boleh berbeda tapi tetap bersatu, saling menghargai dan mengerti, Mengapa demokrasi diokupasi oligarki?, untuk apa demokrasi kalau cuma untuk menipu, Untuk apa agama jika saling membunuh, Hey  Oxymoron (=bodoh mungkin), kau tak perlu mengguruiku. Tidak usah menggurui karena tidak berguna, Apa yang Jogja inginkan hanyalah harmoni di keberagaman. Hidup itu bertujuan menemukan harmoni. Kami tak peduli apa yang kau katakan, Perkataan menggelikanmu akan menguap begitu saja. Karena di tanah ini dimana kami berdiri, kami akan berjuang mati-matian sampai akhir.
Oh ya sabdatama itu semacam dekrit presiden. Sabdatama umumnya dikeluarkan oleh raja Jogja hanya sekali . Sultan HB IX mengeluarkan sabdatama saat mengumumkan bergabung dengan RI, dan baru-baru ini Sultan HB X juga mengeluarkan sabdatama yang menjadi inspirasi lagu di atas. Bunyi sabdatamanya apa dan bagaimana lagunya di- googling aja yah hehehe….