Bagi Anda-anda yang penasaran mengapa peradaban
Jawa masih tetap bertahan sampai sekarang? Ssst ini rahasianya jangan
bilang-bilang yah. Budaya, adat istiadat, bahasa, tradisi, cara hidup
orang Jawa saat ini bisa ditarik sampai ribuan tahun lalu. Kalau aku
menghitungnya tidak salah, pada zaman nabi Muhammad pun peradaban Jawa
sudah ada, karena ada candi yang diperkirakan dibangun sekitar abad 4-5.
Kalau dibandingkan dengan relief di candi, cara hidup orang Jawa tak
terlalu jauh berbeda, buktiin deh di candi Prambanan.
Bahasa mungkin berubah jauh tapi
akarnya tetap sama (bahasa Jawa kuno – bahasa Jawa tengahan- bahasa Jawa
modern, huruf sansekerta – huruf palawa- huruf Jawa) bahkan banyak
istilah bahasa Jawa kuno yang masih digunakan sampai saat ini minimal
buat nama. Salah satunya istilah Mataram. Di beberapa prasasti Candi
menyebut mataram untuk mengacu nama daerah di Jawa. Nah istilah bumi
Mataram itu masih dipakai sampai sekarang untuk menyebut wilayah di
Yogyakarta. Misal kethoprak mataraman (mengacu kethoprak gaya Jogja),
panah gaya mataraman (olah raga panahan gaya Jogja, pemanahnya duduk
bersila) dll.
Terus rahasianya apa dong? Ya karena wong Jawa
tidak anti perubahan zaman. Wong jawa dibekali kemampuan untuk dinamis
tapi tanpa meninggalkan ke-jawaannya, bingung yah hehehe…
Gini deh kukasih contoh, anak muda sekarang baru
pada demen hip-hop, nah seniman-seniman Jogja juga bisa hip-hop tapi
tetap nJawani. Lagu hip-hopnya pun tak sembarang tapi juga punya misi,
mengkritik penguasa hehehe… daripada demonstrasi anarkis mending
hip-hopan to?
Ini neh contohnya lagu hip-hop dari java hip-hop
foundation ( boleh enggak yah kalo kusebut hip-hop mataraman) coba tebak
deh maksud liriknya apa
Lirik lagu Song of Sabdatama berbunyi,
We are from Jogja, The heart of Java, Our rhyme is mantra, Flows down like lava.
We are from Jogja, The heart of Java, Our culture is weapon, Yeah, this Song of Sabdatama.
Merapi ya iku, Keraton ya iku, Segara ya iku,
Pancer ing Tugu, Mijil tuwuh saka kono dumunungku, Yo Ngayogyokarto
Hadiningrat Negeriku, Nagari gemah ripah kang merdika, Kaya kang kaserat
ing Sabdatama, Merapi ngelingake marang ing gusti, Segara ngelingake
kudu ngidak bumi.
Ngono kuwi jiwa Jawi, Manunggaling kawula
Gusti, mBalung sungsum pada diugemi, Minangka tekad dadi sesanti,
Sadumuk bathuk sanyari bumi, Ditohi pecahing dada luntaking ludira
nganti pati, Negeri merdika bakal tak belani.
Merapi horeg, laut kidul gedeg, Angin ribut,
udan bledek, Tanda bumi reresik nandang gawe, Marang donya lan
manungsane, Marang sedulur sikep kudu ngajeni lan ngopeni, Bumi pertiwi
adalah saudara kami, Yang harus dijaga dan dihormati, Menerima sekaligus
member, Budaya adalah senjata, Memanusiakan manusia, Bangun jiwanya,
Bangun raganya, Sentausa dalam puspa warna.
In our land where we stand, Never afraid coz we
all friends, We may vary but hand in hand, Appreciate and understand,
Why democracy if occupied by oligarchy?, Nggo opo demokrasi nek mung
ngapusi?, Why religion if only to kill humanity?, Nggo apa agama nek
mung mateni, Hey oxymoron, you don’t need to teach me, Rasah nggurui
merga ora migunani, What Jogja want is harmony in diversity, Urip iku
amrih nemu harmoni, We don’t care of what you say, Your ridiculous words
will go away, Coz in this land where we stand, We’ll fight to the death
until the end.
Bagi yang tidak menguasai bahasa Jawa, Inggris atau
Indonesia, neh aku dah bikin terjemahannya tapi sorry kalau banyak yang
meleset, maklum bukan ahli bahasa hahaha… (kalau ada yang salah mohon
diralat)
Lirik Song of Sabdatama
Kami dari Jogja, Jantungnya Jawa, Syair kita adalah mantra, mengalir seperti lahar
Kami dari Jogja, Jantungnya Jawa, Budaya senjata kita, Yeah, ini lagu tentang Sabdatama.
Merapi adalah, Keraton adalah, Laut adalah,
berpusat di Tugu, lahir besar dari sana asalku, yaitu Ngayogyakarto
Hadiningrat Negeriku, Negeri gemah ripah yang merdeka, seperti yang
tertulis di Sabdatama, Merapi mengingatkan pada Tuhan, laut mengingatkan
harus menginjak bumi.
Seperti itu jiwa Jawa, bersatunya rakyat dan
raja, menjadi tekad bersama, peribahasa “sadumuk bathuk sanyari bumi,
ditohi pecahing dada luntaking ludira ngati pati” (sejengkal tanah pun
akan dipertahankan sampai titik darah penghabisan), Negeri merdeka bakal
ku bela selalu
Merapi bergetar, laut selatan geleng kepala,
angin ribut, hujan petir, tanda bumi sedang bersih-bersih, terhadap
dunia dan manusianya, kepada saudara harus menghormati dan merawat, Bumi
pertiwi adalah saudara kami, Yang harus dijaga dan dihormati, Menerima
sekaligus memberi, Budaya adalah senjata, Memanusiakan manusia, Bangun
jiwanya, Bangun raganya, Sentosa dalam puspa warna.
Di tanah kami dimana kami tinggal, tidak pernah
takut karena kita semua teman, kita boleh berbeda tapi tetap bersatu,
saling menghargai dan mengerti, Mengapa demokrasi diokupasi oligarki?,
untuk apa demokrasi kalau cuma untuk menipu, Untuk apa agama jika saling
membunuh, Hey Oxymoron (=bodoh mungkin), kau tak perlu
mengguruiku. Tidak usah menggurui karena tidak berguna, Apa yang Jogja
inginkan hanyalah harmoni di keberagaman. Hidup itu bertujuan menemukan
harmoni. Kami tak peduli apa yang kau katakan, Perkataan menggelikanmu
akan menguap begitu saja. Karena di tanah ini dimana kami berdiri, kami
akan berjuang mati-matian sampai akhir.
Oh ya sabdatama itu semacam dekrit presiden.
Sabdatama umumnya dikeluarkan oleh raja Jogja hanya sekali . Sultan HB
IX mengeluarkan sabdatama saat mengumumkan bergabung dengan RI, dan
baru-baru ini Sultan HB X juga mengeluarkan sabdatama yang menjadi
inspirasi lagu di atas. Bunyi sabdatamanya apa dan bagaimana lagunya di-
googling aja yah hehehe….
0 komentar:
Posting Komentar